Masya Allah, keluarga tidak punya uang, seorang polisi menebus jenazah korban kecelakaan pakai uang pribadinya


 Masya Allah, keluarga tidak punya uang, seorang polisi menebus jenazah korban kecelakaan pakai uang pribadinya


Sesuai dengan misi Polri yaitu memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Samosir Brigjen Heri Omposunggu memberikan bantuan kepada keluarga korban kecelakaan lalu lintas. Tidak hanya sebatas mengatasi dan merawat jenazah korban, tetapi juga membayar biaya jenazah korban dari rumah sakit.


Kapolsek Samosir AKBP Muhammad Saleh menjelaskan, korban kecelakaan sebelumnya masih hidup saat dibawa ke RSUD Sidikalang setelah mengalami kecelakaan pada Minggu (3/5/2020). Namun beberapa hari kemudian, korban meninggal dunia tanpa didampingi keluarganya.


“Anggota bertanya kepada mereka (keluarga korban) mengapa mereka tidak merawat korban? Mereka menjawab karena tidak ada biaya,” jelasnya.


Dari sinilah, Brigadir Heri kemudian berinisiatif menebus jenazah korban menggunakan uang pribadinya.


“Akhirnya para anggota mengambil tindakan. Beli peti mati, bayar tebusan sampai ambulan juga. Lumayan, gaji sebulan. Sekitar Rp 6-7 juta," kata Kapolres.


Di sisi lain, Brigadir Heri mengatakan ingin membantu menebus jenazah korban karena kasihan. Apalagi, saat dirawat di rumah sakit, tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang meski sudah dihubungi.


“Awalnya saya cari keluarganya. Ya, mereka ternyata di Siborong-borong, Taput (Tapanuli Utara). Tapi, setelah dihubungi, tidak juga datang.


Saya menghubungi teman polisi yang berada di daerah Taput, dia menjelaskan bahwa keluarganya dalam situasi yang sulit, ”kata Brigadir Heri.


“Biaya ke rumah sakit di Sidikalang, Dairi, mungkin juga tidak ada. Jadi saya menyuruhnya datang. Ketika mereka tiba di rumah sakit, mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya uang. Jadi di situ saya minta anggotanya bawa uang ke ATM dan bayar,” sambungnya.


Namun ternyata uang Brigadir Heri masih belum cukup, sehingga ia harus pulang.


“Biaya rumah sakit, termasuk ambulans dan peti, sekitar Rp. 6.500.000. Uang saya waktu itu hanya Rp 5.000.000, jadi saya pulang dulu. Saya mengatakan kepada istri saya dan istri saya membantu. Selebihnya saya transfer ke rumah sakit,” jelas Brigadir Heri.

Related Posts

Posting Komentar