Kisah Haru, seorang anak rela untuk tidak kuliah demi merawat ayah dan ibunya yang lumpuh


 Kisah Haru, seorang anak rela untuk tidak kuliah demi merawat ayah dan ibunya yang lumpuh


Yang membuat warganet merasa iba dengan suami istri yang lumpuh itu diasuh oleh anaknya karena tidak ada uang lagi.

Kisah itu diceritakan oleh akun Facebook Niken Satyawati.


Senin pagi saya menyempatkan diri mengunjungi Pak Wahyu dan Bu Wahyu. Mereka dulu bertetangga dengan kompleks Perum Gentan Raya 2, tempat saya tinggal selama 3 tahun setelah menikah. Ibu Wahyu telah berjuang melawan kanker payudara stadium 4 selama 4 tahun. Karena pertimbangan biaya, ia hanya menggunakan jamu daun teratai. Dan ketika sakit menyerang, ia diobati dengan sengatan lebah untuk mengurangi rasa sakitnya.


Pak Wahyu dulunya adalah seorang pelaut. Kemudian dia beralih bekerja di ladang agar bisa dekat dengan keluarganya dan bisa merawat istrinya yang sakit. Penyakit Bu Wahyu membuat keluarga ini habis-habisan. Barang terlepas satu per satu. Terakhir, rumah di kompleks yang sudah belasan tahun didiami harus dilepas. Sekarang mereka tinggal di desa, disewakan di sebuah rumah kecil berkamar satu di dekat kuburan.


Bencana tidak berakhir di situ. Sekitar dua bulan lalu, Pak Wahyu terkena stroke. Setelah dirawat di rumah sakit beberapa lama, akhirnya Pak Wahyu dibawa pulang. Di tengah ruangan di rumah kontrakannya, ada sebuah sofa. Pasangan suami istri itu sekarang berbaring di satu sofa. Sama-sama lumpuh. Keduanya sulit digerakkan. Bu Wahyu mungkin lebih baik karena dia masih bisa berbicara meskipun tubuhnya hanya tulang dan kulit, dan matanya menonjol.


Pak Wahyu tidak bisa lagi mencari nafkah. Beruntung, putra sulungnya, Yuki, setelah lulus D3 langsung diterima bekerja di Bulog, Jakarta. Ia kini menjadi tulang punggung keluarganya. Tahun ini, adik satu-satunya Yuki, Dicky, lulus SMA dan diterima di Telkom University, Bandung. Namun, Dicky sepertinya menunda masuk kuliah karena kini dia punya tugas mengasuh orang tuanya.


Pak Wahyu memiliki kerabat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya, namun mereka juga sibuk dengan mata pencahariannya. Bu Wahyu punya saudara di Jawa Barat, beliau setia mengirimkan kapsul herbal yang dikonsumsi Bu Wahyu setiap hari.


Saya menjenguk mereka selain memberi beberapa suvenir, juga bantuan dari seorang teman. Seorang teman yang tinggal di Perth, tempo hari secara spontan mentransfer sejumlah dana ketika saya memberitahu dia tentang kisah suami istri ini. Melihat kondisi mereka, saya benar-benar tidak kuat. Betapa cepatnya Tuhan membalikkan nasib seseorang.


Yang paling membuatku sedih adalah Dicky. Ketika anak-anak lain merayakan kelulusan dan masuk perguruan tinggi, dia harus tinggal di rumah sepanjang hari, karena dia adalah satu-satunya yang bisa diandalkan untuk merawat orang tuanya. Dicky tidur di ranjang lipat setiap hari, yang diletakkan di dekat ranjang tempat orang tuanya berbaring.


Saat saya mengunjungi mereka, Dicky dengan susah payah mencukur kumis dan jenggot ayahnya yang sudah mulai memanjang. Melihat itu semua air mataku terus mengalir hingga aku harus mengucapkan selamat tinggal lebih cepat. Dalam hati saya percaya bahwa hanya ada satu hadiah untuk anak yang berbakti seperti dia, yaitu surga.

Related Posts

Posting Komentar