Kisah sedih seorang tukang becak, dipenjara selama 15 tahun karena salah membawa penumpang


 Kisah sedih seorang tukang becak, dipenjara selama 15 tahun karena salah membawa penumpang


Seorang tukang becak di Medan bernama Agom dipenjara selama 15 tahun karena salah membawa penumpang, ia kedapatan mengantarkan sabu-sabu seberat 45 kg. Bukan karena niatnya, Agom diperdaya penumpangnya untuk mengirimkan barang haram itu.


Ceritanya bermula saat ia bertemu dengan seorang penumpang pria yang meminta untuk mengantarnya bertemu temannya.


“Usai sholat Ashar, ada seorang penumpang menawarkan untuk pergi ke Tanjung Morawa. Saya bilang ongkos ke Tanjung Morawa 75 (ribu),” ujarnya dari kanal Youtuber Pak Prasss, Kamis (15/4/2021).


Pelanggan ini tidak hanya naik dengan tangan kosong, dia juga membawa dua karung goni. Saya tidak tahu apa isi di dalam karung goni. Agom pun mengaku sama sekali tidak curiga dengan barang bawaan pelanggan.


“Ada 2 goni. Jadi dia naik becak, mengambil semua barang miliknya. Saya tidak tahu itu, saya juga tidak merasa curiga. Tidak ada hak untuk membukanya juga,” katanya.


Setelah itu penumpang diminta diantar menuju Jalan Kapten Muslim. Ketika saya sampai di sana, sudah ada seorang pria yang menunggu. Pria yang ternyata adalah teman yang dicari penumpang itu.


Agom mengaku, pelanggannya memberinya uang sebesar Rp. 200.000. Ketika dia ingin memberi kembalian, pelanggan tersebut menyuruhnya untuk mengambil semua uangnya. Agom sangat senang sehingga dia memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya.


“Setelah itu saya langsung pulang, tidak menarik becak lagi di hari itu,” kata Agom.


Empat hari setelah pertemuannya dengan pelanggannya, Agom kebetulan bertemu dengannya lagi. Penumpang memanggil Agom dan langsung diminta berhenti.


“Saat itu jalan macet, lalu saya tidak sengaja bertemu dengannya lagi. Kami berpapasan di jalan dan langsung dipanggil untuk berhenti,” kata Agom.


Pelanggan, meminta bantuan untuk menjemput temannya kemarin. Ia pun memberikan ponsel, agar Agom bisa berkomunikasi dengan temannya yang dijemput.


“Waktu ketemu, dia bawa goni. Tapi kali ini cuma satu goni. Saya masih nggak curiga. Dia taruh di belakang,” ucapnya.


Agom menjalankan pesanan sesuai dengan pesan pelanggannya. Dia memberikan ponsel yang dititipkan padanya.


Tepat di lampu merah di perempatan Limun, penumpang terpaksa turun karena mengaku melihat temannya. Agom hanya menurut saja, apalagi setelah dibayar kembali dengan nominal yang lumayan besar.


“Dia kasih Rp 200 ribu. Alhamdulillah makasih,” ucapnya bersemangat.


Agom meninggalkan teman pelanggannya dan melanjutkan perjalanan dari sana. Hingga perempatan Limun, ia dihentikan paksa oleh beberapa orang yang mengendarai sepeda motor dan mobil.


Tukang becak ini menanyakan alasan dia dicegat oleh orang-orang tersebut. Ia dipukul dan ditanya apa isi barang yang dibawanya dengan becak.


“disuruh buka, pas dibuka ada karung goni, dibuka lagi ada karung goni lagi, dibuka lagi, sehingga saat dibuka terlihat ada tas,” ulangnya.


Masih bingung dengan kondisi yang menimpanya, Agom tetap mengaku tidak tahu apa isi barang yang dibawanya. Dia membela diri dengan mengatakan bahwa orang yang membawa barang itu sudah turun lebih dulu.


“Lalu ditanya apa ini? Gula saya bilang begitu,” kata Agom.


Betapa kagetnya Agom ketika orang yang membuka tas tersebut memberitahukan bahwa yang dibawanya adalah sabu-sabu.


“Saya tidak mengerti apa itu. Jadi sedih, saya langsung teringat istri dan anak-anak saya di rumah,” ucapnya.


Agom mengaku langsung dibawa ke kantor BNN Provinsi usai ditangkap. Dia terus-menerus diinterogasi tentang jaringan dan di mana dia bekerja.


“Diinterogasi, ditanya siapa bosmu? tidak tahu,” ucap Agom membela diri.


Pria ini mengaku sebenarnya tidak tahu menahu soal barang yang dibawanya. Ia pun hanya bertemu dua kali dan membawa pelanggannya, yang ternyata adalah seorang pengedar.


Agom ditahan sebentar bersama tahanan lain, sebelum diterbangkan ke Jakarta. Meski takut dengan apa yang akan dihadapinya, Agom senang karena bisa merasakan naik pesawat untuk pertama kalinya.


“Alhamdulillah saya tidak pernah naik pesawat. Baru naik pesawat,” ucapnya polos.


Menurut keterangan Agom, dia ditahan dan diperiksa selama 3 bulan di kantor BNN Pusat di Jakarta. Diperintahkan untuk menandatangani file yang cukup tebal. Agom hanya menurut saja tanpa menanyakannya.


Selama itu, Agom mengaku terus merindukan keluarganya yang berada jauh di Medan. Merindukan istrinya dan juga kedua putrinya yang masih remaja. Merasa sedih karena tidak bisa bertemu keluarganya.


“Rindu pada keluarga, rindu pada anak-anak,” ucapnya sambil menitikkan sedikit air mata.


Agom divonis 15 tahun penjara oleh pengadilan. Ia hanya bisa bersyukur karena hanya divonis 15 tahun penjara. Mengingat dia tidak mengeluarkan uang sepeser pun dalam proses persidangan.


“Itu Alhamdulilah kata orang. Saya tidak punya uang sepeser pun untuk mengurus (persidangan). Entahlah, tidak ada yang mengurus. Bagaimana jika keluarga yang mengurusnya? Hanya untuk makan kelelahan , "ujarnya.


Ucapan terimakasih Agom diawali dengan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa dia bisa dijatuhi hukuman mati. Dari yang dia dengar, orang yang membawa lebih dari satu kilo atau satu ons sabu akan dihukum mati.


"Jadi orang bilang di atas satu kilo di atas satu ons adalah hukuman mati," jelasnya dalam video tersebut.


Saat proses pemeriksaan, Agom bertemu penumpang yang menaruh sabu di becaknya. Dia segera melapor ke petugas tentang orang yang menjebaknya.


Suasana semakin panas ketika, Agom harus ditempatkan satu kamar dengan orang yang menjebaknya. Meski begitu, Agom tetap menahan diri. Tidak mungkin baginya untuk hanya memukul orang yang bermain. Dia hanya bisa berdoa dan berdoa.


“Ya Allah, sampai hati orang ini bersamamu. Insyaallah ada hikmahnya, Aamiin,” doanya dalam hati.


Agom telah menjalani hukuman hampir 3 tahun sejak 2018 ditahan oleh BNN. Meski hukumannya masih lama, Agom mengaku setidaknya bisa bertemu dengan keluarganya.


Tukang becak ini mengaku tulus dengan apa yang menimpanya. Apalagi saat keluarganya memahami kondisinya saat ini. Meski begitu, perasaan sedih dan kesal terkadang muncul melihat bagaimana hidupnya harus berakhir seperti ini.

Related Posts

Posting Komentar