Kisah pilu, Ditolak pihak rumah sakit, bocah pengguna BPJS ini menghembuskan nafas terakhir di pangkuan ayahnya


 Kisah pilu, Ditolak pihak rumah sakit, bocah pengguna BPJS ini menghembuskan nafas terakhir di pangkuan ayahnya


Kabar duka kembali terdengar dan sangat memilukan karena seorang bocah lelaki bernama M Rizki (2,9) harus meninggal.

Pasalnya, jaminan kesehatan BPJS yang ia gunakan tidak diterima di enam rumah sakit besar di Tangerang dan Jakarta.

Rizki ditolak oleh enam rumah sakit di Tangerang, kampung halamannya di Jakarta, tetapi semua rumah sakit menolak pasien tersebut.


Sehingga Rizki terpaksa dirawat di rumah sakit swasta di Jakarta meski orang tuanya harus meminjam uang kesana kemari mencari biaya pendaftaran pasien umum.

Meski sudah dirawat, namun nyawa Rizki tetap tak tertolong dan harus meninggal dunia di hadapan sang pencipta.

Kisah sedih ini dituturkan oleh Yuli Supriati, sosok inspiratif  yang mengabdi dan menjadi saksi mata bagaimana ketidakadilan menimpa Rizki yang haknya sebagai peserta BPJS diabaikan oleh pihak rumah sakit.


Yuli menuturkan, kronologis rujukan Rizki, dari Puskesmas hingga rumah sakit jantung terbesar di Jakarta, secara halus menolak Rizki.

Meski sempat memeriksakan Rizki dan mengatakan bahwa pasien rujukan dari Tangerang dalam keadaan sehat dan hanya mengalami sesak napas.

Rizki yang saat ini sedang bergelut dengan penyakitnya, terus dipindahkan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain.

Hingga orang tuanya menyerah dan kembali membawa Rizki pulang dan dirawat di rumah sakit swasta di Tanggerang hingga ia menghembuskan nafas terakhir.


Innalillahiwainnailaihirojiun ... selamat jalan ananda M. Rizki Akbar, umur 2,9 tahun, semoga menjadi malaikat bagi orang tuamu, sulit untuk melepaskan anak satu-satunya ini, tetapi Allah semakin mencintaimu, padahal setiap bulan ayahmu telah dipotong gajinya oleh perusahaan untuk pembayaran BPJS tetapi hakmu bahwa kamu tidak merasa dijamin oleh Bpjs, kamu menerima penolakan secara halus oleh RS2 penerima BPJS yang kamu terima, karena berbagai alasan klise kamu memulai perjalanan untuk mendapatkan hak-hakmu dari Puskesmas di daerah Bonang, Kabupaten Tangerang, hingga rumah sakit jantung terbesar di Jkt mendapatkan pelayanan yang kamu lalui, terhitung 6 Rumah Sakit Besar dari tangerang sampai JKT, semuanya kompak tidak mau melayani kamu, sampai orang tuamu memutuskan untuk membawamu ke rumah sakit swasta ini, demi menyelamatkan bapak walaupun terpaksa harus berebut mencari uang puluhan juta rupiah untuk membayar DP bagi pasien umum, apakah ini adil untukmu? Untuk keluargamu? sungguh tidak ... lalu jika seperti ini siapa yang bertanggung jawab ??? #satulagikorbanjatuh, ”tulis Yuli.


Meski Rizki sudah tiada, tak mudah memulangkan jenazah Rizki karena terkendala biaya administrasi.

Sehingga jenazah Rizki sempat ditahan beberapa jam oleh pihak rumah sakit karena terhambat pembayaran administrasi.

Akhirnya jenazah Rizki dipulangkan setelah negosiasi alot dan sengit dengan pihak rumah sakit.


Kisah penolakan pasien BPJS oleh rumah sakit yang kembali merenggut nyawa ini pun ramai dikomentari oleh netizen.

Selain banyaknya ucapan duka cita, banyak juga netizen yang menghujat sistem kesehatan di negeri ini karena kesehatan merupakan ladang bisnis yang menggiurkan.

Seorang pengguna Facebook juga menceritakan betapa lambannya perawatan rumah sakit sehingga anak tersebut harus meninggal, padahal pengobatannya melalui saluran publik, bukan BPJS.

Dengan menggunakan jalur umum saja, anak-anak lambat dalam penanganannya, apalagi jika menggunakan BPJS dipastikan akan terlantar.

Saya sedih mengingat ada yang meninggal karena penanganan rumah tangga saat ini lamban. Padahall yang membayar umum ketika saya tahu djj lemah, operasi akan segera dilakukan. Tapi kalau pakai BPJs sudah tahu DJJnya, saya tidak bisa dirujuk dari rumah sekarang.


Kesulitan untuk pergi ke rumah terdekat saat ini karena harus merujuk ke fasilitas kesehatan terlebih dahulu baru bisa mendapatkan perawatan di rumah tersebut. Akhirnya saya bisa masuk karena saya kenal salah satu dokter di rumah itu… Semangat Bu Yuli, ”komentar Dewi Nugroho.

Banyak netter juga mendoakan agar perjuangan Yuli tidak berhenti dengan Rizki saja agar tidak ada Rizki yang lain yang menjadi korban ketidakadilan dan lemahnya penerapan BPJS.

“Ibu Yuli sudah cukup umur, sehingga bisa membantu setiap orang yang membutuhkan bantuan,” komentar Wulan W.

"MS. PAPARAN Yuli Supriati .., Termasuk Nama Rumah Sakit Yang Menolak BPJS ..! Di zaman ini mereka harus mengenal diri sendiri. Kesehatan selalu digunakan sebagai bisnis .., ”komentar Mahendra Elia Loud

Related Posts

Posting Komentar