Viral Kisah Ibu di Nias Yang Kehilangan Bayi Berusia 6 Bulan dalam Kandungannya, Dokter Jelaskan Alasan Wajar Dibaliknya
Kisah seorang ibu di Nias, Sumatera Utara yang kehilangan bayi dalam kandungannya menjadi viral di media sosial. Cerita itu sendiri tersebar melalui video seorang petugas kesehatan (nakes) yang mengaku memeriksa kehamilan sang ibu.
Menurut petugas kesehatan, sang ibu benar-benar dalam kondisi seperti ibu hamil dengan perut yang membesar dengan kehamilan enam bulan, bahkan detak jantung bayi juga bisa terdengar.
"Ibu ini, kemarin sore dia masih hamil 6 bulan, saya periksa. Detak jantung bayinya baik, semuanya baik-baik saja. Jadi ibu ini berasal dari daerah perkebunan terpencil di Nias."
"Tiba-tiba sore ini dia datang lagi ke saya dengan perut rata dan tidak ada tanda-tanda kehamilan, tidak ada tanda-tanda kelahiran juga," kata petugas kesehatan, dikutip dari video yang dibagikan oleh akun Twitter @areajulid, Kamis (24/2/2022).
Ketika ditanya tentang kehamilannya, sang ibu menceritakan bahwa malam sebelumnya dia bermimpi bertemu dengan seorang nenek yang meminta janinnya. Sang nenek mengambil janin sebelum sang ibu sempat memberi izin atau menolak.
"Saya minta dirujuk ke dokter kandungan untuk USG lagi, apakah dia hamil kemarin atau tidak. Tapi berdasarkan pemeriksaan saya beberapa kali, saya bertemu dengannya tiga kali, saya bertemu dengannya dalam keadaan hamil," katanya.
"Jadi, kehilangan bayi dalam kandungan bagi sebagian orang hanya seperti khayalan atau halusinasi. Tapi saya sudah beberapa kali melihat kejadian di sini. Jadi kalau tidak percaya, silahkan skip saja," tambah petugas kesehatan itu. .
Di sisi lain, fenomena tersebut sebenarnya dapat dijelaskan secara logis berdasarkan ilmu kedokteran.
Spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Ivander Ramon Utama, F.MAS, Sp.OG., menjelaskan bahwa terjadinya 'bayi yang hilang' dari kandungan sebenarnya disebut pseudocyesis atau kehamilan palsu.
"Jelas ini bukan fenomena supernatural, ini bukan fenomena parapsikologis, ini jelas fenomena medis. Ada istilah yang disebut pseudocyesis atau kehamilan palsu," jelas dokter Ivander saat dihubungi, Rabu (23/2/2022).
Menurutnya, fenomena ini jarang terjadi di kota-kota besar. Namun, lebih sering terjadi di daerah terpencil yang akses ke layanan kesehatannya masih kurang memadai.
Sebab, meski petugas kesehatan ibu mengaku mendengar suara detak jantung janin, bisa saja terjadi kesalahanan saat pemeriksaan. Dokter Ivander menjelaskan, untuk memastikan kehamilan dan usia janin, perlu dilakukan USG.
Selama USG, detak jantung juga bisa didengar. Namun, selain USG, ada alat lain yang bisa digunakan untuk memeriksa detak jantung janin.
"Jika kita ingin mendengarkan detak jantung bayi di dalam perut, kita bisa menggunakan beberapa stetoskop Laennec. Ini adalah alat yang paling konvensional, berbentuk seperti corong yang menempel di perut ibu."
"Kemudian nanti pemeriksa menempelkan alat itu ke telinganya. Tapi sudah semakin ditinggalkan, semakin jarang digunakan, diganti dengan doppler," jelasnya.
Namun, baik stetoskop Laennec maupun Droppler hanya bisa memeriksa detak jantung bayi tanpa melihat bentuknya, seperti USG. Oleh karena itu, masih rawan terjadi kesalahan karena di dalam perut juga dapat terdengar suara-suara lain.
"Tidak bisa jantung bayi, tapi buang air besar bisa didengar menggunakan dua perangkat ini. Kemudian aliran darah di tubuh ibu juga bisa didengar menggunakan doppler," kata dokter Ivander.
Posting Komentar
Posting Komentar