Tidak ada biaya, Echa yang pengidap Syndrome putri tidur tidak bisa berobat ke Jakarta
Echa, mahasiswi asal Banjarmasin tidur nyenyak di rumahnya selama 7 hari. Echa diduga mengidap sleep syndrome.
Orang tua Siti Raisa Miranda (16) penderita sindrom putri tidur asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini sangat ingin membawa anaknya ke Jakarta untuk berobat.
Namun, karena harganya mahal, orang tuanya mengecilkan hatinya.
Selama ini Siti Raisa Miranda atau yang akrab disapa Echa hanya dirawat di rumah dan sesekali dibawa ke rumah sakit.
“Saya mau (ke Jakarta) tapi mau apa lagi, tidak ada biaya,” kata Mulyadi, ayah Echa.
Mulyadi mengaku berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (ASN) sedangkan istrinya, Siti Lili Rosita, adalah instruktur senam.
“Biayanya banyak, padahal kita sama-sama kerja,” ucapnya.
Echa, kata Mulyadi, pernah dibawa ke dokter ahli saraf. Hasil pemeriksaan normal.
Dari informasi yang didapatnya, di Banjarmasin belum ada alat canggih yang dapat mendiagnosis penyakit Echa.
Pemeriksaan terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Ansari Saleh Banjarmasin, Echa didiagnosis epilepsi.
“Hasil pemeriksaannya semua normal. Sebelum kami bawa ke rumah sakit memang dia kejang. Itu mungkin dia didiagnosis epilepsi,” jelasnya.
Kini Mulyadi dan istrinya hanya bisa pasrah dengan kondisi buah hatinya.
Meski demikian, Mulyadi tetap berharap pemerintah daerah bisa meringankan bebannya sehingga Echa bisa dibawa ke Jakarta untuk berobat guna mengetahui secara pasti penyakit apa yang membuat Echa tidur nyenyak berhari-hari.
“Siapa tahu pemerintah mau membantu,” harapnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang pelajar asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan tertidur lelap selama 7 hari terakhir.
Murid yang bernama Siti Raisa Miranda tersebut diduga mengidap syndrome putri tidur
Posting Komentar
Posting Komentar